Kampung naga adalah
sebuah perkampungan tradisional yang telah banyak dikenal sebagai tempat wisata
budaya. Disebut perkampungan tradisional, karena kampung ini masih sangat
memegang teguh kepercayaan dan adat istiadat leluhur mereka. Kampung ini dihuni
oleh masyarakat yang telah terbuka menerima orang lainyang datang ke kampung
ini, dengan adat sunda yang begitu kental, mereka menyambut wisatawan yang
ingin belajar tentang budaya mereka dengan tangan terbuka dan ramah.
Lokasi kampung indah ini
tidak begitu jauh, karena terletak tidak jauh dari jalan raya yang
menghubungkan kota Garut dan kota Tasikmalaya. Kampung ini terletak di Jawa
Barat, Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Salawu, Desa Neglasari. Untuk mencapai
kampung naga ini kita harus menuruni sekitar 339 anak tangga, dengan tingkat
medan jalan yang miring cukup curam, setelah itu menyusuri jalan di pinggir
sungai ciwulan.
Rumah penduduk di
kampung naga ini semua terlihat sama. Dengan bentuk rumah panggung yang
dibawahnya batu, dinding bilik, tiang kayu, cat putih kapur, beratap ijuk, juga
rumah disini harus saling berhadapan. Hal ini diwajibkan untuk mencegah rasa
kesenjangan sosial sesama masyarakat kampung naga. Mereka menggunakan bahasa
sunda dalam interaksi sesama, namun kini mereka juga bisa berbahasa indonesia.
Masyarakat kampung naga
semuanya beragama islam, mereka menjalankan ibadahnya sama dengan umat islam
lainnya, seperti shalat lima waktu (subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya).
Ada juga pengajian untuk anak-anak yang dilakukan dua kali dalam seminggu.
Selain itu anak-anak kampung naga juga telah mendapatkan pendidikan dasar walau
harus naik ke atas untuk menuntut ilmu. Selain pemukiman, kampung ini juga
mempunyai kolam, penangkaran, sawah, masjid, rumah pertemuan, rumah agung (yang
tidak boleh ditempati oleh siapa pun), juga tempat-tempat yang dikramatkan oleh
mereka.
Mata pencaharian
penduduk kampung naga ini, umumnya bercocok taman. Selain itu kini banyak
jualan kerajianan di kampung naga, yang dibuat oleh masyarakat kampung naga itu
sendiri.
Selama saya dikampung
ini, saya berkesempatan untuk menginap di rumah bu asih. Bu asih mempunyai dua
anak, namun anak pertama telah menikah dan tidak tinggal menetap di kampung ini
karena terbatasnya lahan di kampung naga ini sehingga tidak bisa membangun
rumah baru untuk anaknya yang baru menikah.
Keramahan yang
diperlihatkan ketika kami sampai di rumah bu asih, beliau mempersilahkan kami
untuk beristirahat. Setelah ngobrol sebentar dengan bu asih saya bersiap untuk
membersihkan diri.
Ada beberapa kamar mandi
di kampung ini, namun bukan milik perorangan, yaitu milik satu kampung. Kamar
mandi ini terbuat dari bambu diatas kolam ikan, dan air dari gunung. Memang ada
beberapa kamar mandi yang beratapkan ijuk, namun tinggi dari dinding kamar
mandi semua hanya sebatas dada saja, tidak bisa menutupi seluruh tubuh, jadi
jika mandi harus dengan posisi jongkok. Mereka saling berbagi untuk kebutuhan
bersama seperti kamar mandi ini. Kamar mandi ini digunakan untuk mencuci,
mandi, juga berwudhu masyarakat disini.
Setelah membersihkan
diri kami langsung kembali kerumah bu asih. ternyata makanan telah siap untuk
kami santap. Makanan di kampung naga ini tidaj terlalu berbeda dengan makanan
sunda lainnya, yang begitu enak dan sehat. Setelah makan kami langsung menuju
rumah pertemuan untuk berbincang dengan pemangku adat di kampung naga ini.
Pagi harinya kami siap
berkeliling bersama guide untuk mengenal kampung naga yang lebih jelas lagi.
Kami memulainya dari depan rumah pertemuan, kampung naga ternyata juga
mempunyai alat musik tradisional yang bernama terebang gembrung.
Semua hal masih
dilakukan secara tradisional disini, misalnya saat panen padi, mereka akan
menumbuk padi tersebut hingga runtuh dari batangnya, lalu di tumbuk lagi hingga
semua kulitnya terkelupas. Mereka akan menumbuk padi dengan alat yang masih
tradisional juga berat selama 1 sampai 2 jam.
Disamping tempat
penumbukan padi ada kolan yag berisikan ikan yang begitu banyak, kata guide
yang memberi informasi saat itu, ikan-ikan ini akan di ambil saat penduduk
membutuhkannya, contohnya untuk makanan pesta pernikahan. Jika semua kebutuhan
penduduk terpenuhi dan masih ada sisa panen ikan ini, baru bisa dijual keluar
kampung naga ini. Itulah salah satu contoh yang menunjukan bahwa mereka
benar-benar saling berbagi antara sesamanya. Kolam ikan ini juga bisa di buat
terapi ikan loh ..karna ikan-ikan akan menggigiti kaki yang kotor saat masuk
kedalam kolam tersebut.
Disini juga ada batu
yang konon katanya dulu digunakan untuk shalat leluhur mereka, tempat-tempat
yang di keramatkan oleh mereka akan di pagar sehingga tidak ada orang yang
merusaknya.
Disebrang sungai ciwulan
adalah sebuah hutan terlarang, jadi siapa pun tidak boleh masuk atau mengambil
sekecil kayu apapun walau sudah tua. Bahkan warga kampung naga sendiri tidak
berani untuk masuk atau mengambil hasil hutan tersebut. Warga kampung naga juga
tidak ada yang membuang sampah kesungai karena untuk menghormati air itu sendiri
dan merusak lingkungan. Mereka akan mengumpulkan sampah mereka pada sebuah
tempat sampah, yang ternyata menghasilkan pupuk kompos untuk tamanan
mereka.
Selain bercocok taman
juga memelihara ikan, warga kampung naga juga memelihara kambing, namun kambing
ini tidak dilepas karena akan merusak tamanan. Kambing ini akan di keluarkan
jika di butuhkan atau sedang idul adha.
Cahaya dikampung naga
ini dari lampu templok atau petromak. Tidak ada listrik di kampung naga ini,
karna menurut pemangku adat, jika ada listrik maka menjadi bahaya jika adanya
arus pendek yang memungkinkan terjadinya kebakaran karena bahan rumah yang
mudah terbakar. Selain itu jika adanya listrik maka akan ada kesenjangan
sosial, karena akan ada warga yang mampu membeli barang elektronik lainnya
namun warga lainnya tidak bisa membeli.
Walau demikian, kini
warga kampung naga diperbolehkan untuk mempunyai TV atau radio yang bisa
dinyalakan menggunakan aki. Namun karna harga aki yang mahal, meski ada TV dan
radio mereka tidak bisa menonton atau mendengar radio setiap hari.
Sekilas tentang kampung
naga yang menyimpan banyak cerita disetiap jejaknya. Sayang jika hanya bisa
mendengar atau mengetahui sedikit tentang kampung cantik ini. Karena kampung
naga ini kampung yang patut untuk dikunjungi, sebagai kampung yang selalu
membawa cerita setiap pendatangnya
Tidak ada komentar: