Aviez Design

welcome to our blog

We are Magcro

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

    Posted by: Aviez Posted date: 16.34 / comment : 0

    Keharaman makanan tertentu seperti babi, ancaman terhadap
    yang enggan menyebarluaskan pengetahuan, anjuran bersedekah,
    kewajiban menegakkan hukum, wasiat sebelum mati, kewajiban
    puasa, hubungan suami-istri, dikemukakan Al-Quran secara
    berurut dalam belasan ayat surat Al-Baqarah. Mengapa
    demikian? Mengapa terkesan acak? Jawabannya antara lain
    adalah, "Al-Quran menghendaki agar umatnya melaksanakan
    ajarannya secara terpadu." Tidakkah babi lebih dianjurkan
    untuk dihindari daripada keengganan menyebarluaskan ilmu.
    Bersedekah tidak pula lebih penting daripada menegakkan
    hukum dan keadilan. Wasiat sebelum mati dan menunaikannya
    tidak kalah dari berpuasa di bulan Ramadhan. Puasa dan
    ibadah lainnya tidak boleh menjadikan seseorang lupa pada
    kebutuhan jasmaniahnya, walaupun itu adalah hubungan seks
    antara suami-istri. Demikian terlihat keterpaduan
    ajaran-ajarannya.

    Al-Quran menempuh berbagai cara guna mengantar manusia
    kepada kesempurnaan kemanusiaannya antara lain dengan
    mengemukakan kisah faktual atau simbolik. Kitab Suci
    Al-Quran tidak segan mengisahkan "kelemahan manusiawi,"
    namun itu digambarkannya dengan kalimat indah lagi sopan
    tanpa mengundang tepuk tangan, atau membangkitkan potensi
    negatif, tetapi untuk menggarisbawahi akibat buruk kelemahan
    itu, atau menggambarkan saat kesadaran manusia menghadapi
    godaan nafsu dan setan.

    Ketika Qarun yang kaya raya memamerkan kekayaannya dan
    merasa bahwa kekayaannya itu adalah hasil pengetahuan dan
    jerih payahnya, dan setelah enggan berkali-kali mendengar
    nasihat, terjadilah bencana longsor sehingga seperti bunyi
    firman Allah:


    "Maka Kami benamkan dia dan hartanya ke dalam bumi"
    (QS Al-Qashash [28]: 81).

    Dan berkatalah orang-orang yang kemarin mendambakan
    kedudukan Qarun, "Aduhai, benarlah Allah melapangkan
    rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-
    hamba-Nya dan mempersempitkannya. Kalau Allah tidak
    melimpahkan karuniaNya atas kita, niscaya kita pun
    dibenamkannya. Aduhai benarlah tidak beruntung orang-
    orang yang kikir (QS Al-Qashash [28]: 82).

    Dalam konteks menggambarkan kelemahan manusia, Al-Quran,
    bahkan mengemukakan situasi, langkah konkret dan
    kalimat-kalimat rayuan seorang wanita bersuami yang dimabuk
    cinta oleh kegagahan seorang pemuda yang tinggal di
    rumahnya,

    Maksudnya,

    "(Setelah berulang-ulang kali merayu dengan berbagai
    cara terselubung). Ditutupnya semua pintu dengan amat
    rapat, seraya berkata (sambil menyerahkan dirinya
    kepada kekasihnya-setelah berdandan), "Ayolah kemari
    lakukan itu!" (QS Yusuf [12]: 23).

    Demikian, tetapi itu sama sekali berbeda dengan ulah
    sementara seniman, yang memancing nafsu dan merangsang
    berahi. Al-Quran menggambarkannya sebagai satu kenyataan
    dalam diri manusia yang tidak harus ditutup-tutupi tetapi
    tidak juga dibuka lebar, selebar apa yang sering
    dipertontonkan, di layar lebar atau kaca.

    Al-Quran kemudian menguraikan sikap dan jawaban Nabi Yusuf,
    anak muda yang dirayu wanita itu, juga dengan tiga alasan
    penolakan, seimbang dengan tiga cara rayuannya,

    Yang pertama dan kedua adalah,

    "Aku berlindung kepada Allah, sesungguhnya suamimu
    adalah tuanku, yang memperlakukan aku dengan baik"
    (QS Yusuf [12]: 23).

    Yang ketiga, khawatir kedua alasan itu belum cukup.

    "Dan sesungguhnya tidak pernah dapat berbahagia orang
    yang berlaku aniaya" (QS Yusuf [12]: 23).

    Dalam bidang pendidikan, Al-Quran menuntut bersatunya kata
    dengan sikap. Karena itu, keteladanan para pendidik dan
    tokoh masyarakat merupakan salah satu andalannya.

    Pada saat Al-Quran mewajibkan anak menghormati orangtuanya,
    pada saat itu pula ia mewajibkan orang-tua mendidik
    anak-anaknya. Pada saat masyarakat diwajibkan menaati Rasul
    dan para pemimpin, pada saat yang sama Rasul dan para
    pemimpin diperintahkan menunaikan amanah, menyayangi yang
    dipimpin sambil bermusyawarah dengan mereka.

    Demikian Al-Quran menuntut keterpaduan orang-tua,
    masyarakat, dan pemerintah. Tidak mungkin keberhasilan dapat
    tercapai tanpa keterpaduan itu. Tidak mungkin kita berhasil
    kalau beban pendidikan hanya dipikul oleh satu pihak, atau
    hanya ditangani oleh guru dan dosen tertentu, tanpa
    melibatkan seluruh unsur kependidikan.

    Dua puluh dua tahun dua bulan dan dua puluh dua hari
    lamanya, ayat-ayat Al-Quran silih berganti turun, dan selama
    itu pula Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya tekun
    mengajarkan Al-Quran, dan membimbing umatnya. Sehingga, pada
    akhirnya, mereka berhasil membangun masyarakat yang di
    dalamnya terpadu ilmu dan iman, nur dan hidayah, keadilan
    dan kemakmuran di bawah lindungan ridha dan ampunan Ilahi.

    Kita dapat bertanya mengapa 20 tahun lebih, baru selesai dan
    berhasil? Boleh jadi jawabannya dapat kita simak dari hasil
    penelitian seorang guru besar Harvard University, yang
    dilakukannya pada 40 negara, untuk mengetahui faktor
    kemajuan atau kemunduran negara-negara itu.

    Salah satu faktor utamanya -menurut sang Guru Besar- adalah
    materi bacaan dan sajian yang disuguhkan khususnya kepada
    generasi muda. Ditemukannya bahwa dua puluh tahun menjelang
    kemajuan atau kemunduran negara-negara yang ditelitinya itu,
    para generasi muda dibekali dengan sajian dan bacaan
    tertentu. Setelah dua puluh tahun generasi muda itu berperan
    dalam berbagai aktivitas, peranan yang pada hakikatnya
    diarahkan oleh kandungan bacaan dan sajian yang disuguhkan
    itu. Demikian dampak bacaan, terlihat setelah berlalu dua
    puluh tahun, sama dengan lama turunnya Al-Quran.

    Kalau demikian, jangan menunggu dampak bacaan terhadap
    anak-anak kita kecuali 20 tahun kemudian. Siapa pun boleh
    optimis atau pesimis, tergantung dari penilaian tentang
    bacaan dan sajian itu. Namun kalau melihat kegairahan
    anak-anak dan remaja membaca Al-Quran, serta kegairahan umat
    mempelajari kandungannya, maka kita wajar optimis, karena
    kita sepenuhnya yakin bahwa keberhasilan Rasul dan generasi
    terdahulu dalam membangun peradaban Islam yang jaya selama
    sekitar delapan ratus tahun, adalah karena Al-Quran yang
    mereka baca dan hayati mendorong pengembangan ilmu dan
    teknologi, serta kecerahan pikiran dan kesucian hati.

    Kita wajar optimis, melihat kesungguhan pemerintah menangani
    pendidikan, serta tekadnya mencanangkan wajib belajar.

    Ayat "wa tawashauw bil haq" dalam QS Al-'Ashr [103]: 3 bukan
    saja mencanangkan "wajib belajar" tetapi juga "wajib
    mengajar." Bukankah tawashauw berarti saling berpesan,
    saling mengajar, sedang al-haq atau kebenaran adalah hasil
    pencarian ilmu? Mencari kebaikan menghasilkan akhlak,
    mencari keindahan menghasilkan seni, dan mencari kebenaran
    menghasilkan ilmu. Ketiga unsur itulah yang menghasilkan
    sekaligus mewarnai suatu peradaban.

    Al-Quran yang sering kita peringati nuzulnya ini bertujuan
    antara lain:

    1. Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari
    segala bentuk syirik serta memantapkan keyakinan
    tentang keesaan yang sempurna bagi Tuhan seru sekalian
    alam, keyakinan yang tidak semata-mata sebagai suatu
    konsep teologis, tetapi falsafah hidup dan kehidupan
    umat manusia.

    2. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab,
    yakni bahwa umat manusia merupakan suatu umat yang
    seharusnya dapat bekerja sama dalam pengabdian kepada
    Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.

    3. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja
    antar suku atau bangsa, tetapi kesatuan alam semesta,
    kesatuan kehidupan dunia dan akhirat, natural dan
    supranatural, kesatuan ilmu, iman, dan rasio, kesatuan
    kebenaran, kesatuan kepribadian manusia, kesatuan
    kemerdekaan dan determinisme, kesatuan sosial, politik
    dan ekonomi, dan kesemuanya berada di bawah satu
    keesaan, yaitu Keesaan Allah Swt.

    4. Untuk mengajak manusia berpikir dan bekerja sama
    dalam bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara
    melalui musyawarah dan mufakat yang dipimpin oleh
    hikmah kebijaksanaan.

    5. Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual,
    kebodohan, penyakit, dan penderitaan hidup, serta
    pemerasan manusia atas manusia, dalam bidang sosial,
    ekonomi, politik, dan juga agama.

    6. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat
    dan kasih sayang, dengan menjadikan keadilan sosial
    sebagai landasan pokok kehidupan masyarakat manusia

    7. Untuk memberi jalan tengah antara falsafah monopoli
    kapitalisme dengan falsafah kolektif komunisme,
    menciptakan ummatan wasathan yang menyeru kepada
    kebaikan dan mencegah kemunkaran.

    8. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna
    menciptakan satu peradaban yang sejalan dengan jati
    diri manusia, dengan panduan dan paduan Nur Ilahi.

    Demikian sebagian tujuan kehadiran Al-Quran, tujuan
    yang tepadu dan menyeluruh, bukan sekadar mewajibkan
    pendekatan religius yang bersifat ritual atau mistik,
    yang dapat menimbulkan formalitas dan kegersangan.
    Al-Quran adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan
    membantu kita menemukan nilai-nilai yang dapat
    dijadikan pedoman bagi penyelesaian berbagai problem
    hidup. Apabila dihayati dan diamalkan akan menjadikan
    pikiran, rasa, dan karsa kita mengarah kepada realitas
    keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan
    ketenteraman hidup pribadi dan masyarakat

    Itulah Al-Quran dengan gaya bahasanya yang merangsang
    akal dan menyentuh rasa, dapat menggugah kita menerima
    dan memberi kasih dan keharuan cinta, sehingga dapat
    mengarahkan kita untuk memberi sebagian dari apa yang
    kita miliki untuk kepentingan dan kemaslahatan umat
    manusia. Itulah Al-Quran yang ajarannya telah merupakan
    kekayaan spiritual bangsa kita, dan yang telah tumbuh
    subur dalam negara kita. []

    http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/AlQuran1.html

    icon allbkg

    Tagged with:

    Next
    Posting Lebih Baru
    Previous
    Posting Lama

    Tidak ada komentar:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says