Aviez Design

welcome to our blog

We are Magcro

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us
  • Kalkulator Zakat

    Kalkulator Zakat

    Fasilitas ini disediakan untuk membantu anda menghitung besar zakat anda. Hitunglah pendapatan dan simpanan anda untuk mengetahui besar zakat / infaq yang perlu dikeluarkan. Masukkan nilai rupiah tanpa titik atau koma.

    ZAKAT HARTA YANG TELAH TERSIMPAN SATU TAHUN
     
      a. Uang Tunai, Tabungan, Deposito atau sejenisnya
    Rp
     
      b. Saham atau surat-surat berharga lainnya
    Rp
     
      c. Real Estate (tidak termasuk rumah tinggal yang dipakai sekarang)
    Rp
     
      d. Emas, Perak, Permata atau sejenisnya
    Rp
     
      e. Mobil (lebih dari keperluan pekerjaan anggota keluarga)
    Rp
     
      f. Jumlah Harta Simpanan (A+B+C+D+E)
    Rp
     
      g. Hutang Pribadi yg jatuh tempo dalam tahun ini
    Rp
     
      h. Harta simpanan kena zakat(F-G, jika &gt nisab)
    Rp
     
      I. JUMLAH ZAKAT ATAS SIMPANAN YANG WAJIB DIBAYARKAN PER TAHUN (2,5% x H)
    Rp
     
     
    ZAKAT PROFESI
     
      j. Pendapatan / Gaji per Bulan (setelah dipotong pajak)
    Rp
     
      k. Bonus/pendapatan lain-lain selama setahun
    Rp
     
      l. Jumlah Pendapatan per Tahun
    Rp
     
      m. Rata-rata pengeluaran rutin per bulan (kebutuhan fisik, air, listrik, pendidikan, kesehatan, transportasi, dll)
    Rp
     
      n. Pengeluaran lainnya dalam satu tahun (pendidikan, kesehatan, dll)
    Rp
     
      o. Jumlah Pengeluaran per Tahun (12 x m + n)
    Rp
     
      p. Penghasilan kena zakat (L - O , jika &gt nisab)
    Rp
     
      Q. JUMLAH ZAKAT PROFESI YANG WAJIB DIBAYARKAN PER TAHUN (2,5% X P)
    Rp
     
     
    ZAKAT HARTA USAHA (PERDAGANGAN / BISNIS LAINNYA)
      r. Nilai Kekayaan Perusahaan (termasuk uang tunai, simpanan di bank, real estate, alat produksi, inventori, barang jadi, dll)
    Rp
     
      s. Utang perusahaan jatuh tempo
    Rp
     
      t. Komposisi Kepemilikan (dalam persen)
    %
     
      u. Jumlah Bersih Harta Usaha (t% x [r-s])
    Rp
     
      v. Harta usaha kena zakat (u, jika &gt nisab)
    Rp
     
      W. JUMLAH ZAKAT ATAS HARTA USAHA YANG WAJIB DIBAYARKAN PER TAHUN (2,5% X v)
    Rp
     
     
    TOTAL ZAKAT YANG HARUS DIBAYARKAN (I+Q+V)
    Rp
     
     
    PERHITUNGAN NISAB
      z. Harga Emas Murni Saat ini per Gram
    Rp
     
      Besarnya Nisab (z x 85 gram emas)
    Rp
     
    Creative By Aviez Design

  • Kampung naga adalah sebuah perkampungan tradisional yang telah banyak dikenal sebagai tempat wisata budaya. Disebut perkampungan tradisional, karena kampung ini masih sangat memegang teguh kepercayaan dan adat istiadat leluhur mereka. Kampung ini dihuni oleh masyarakat yang telah terbuka menerima orang lainyang datang ke kampung ini, dengan adat sunda yang begitu kental, mereka menyambut wisatawan yang ingin belajar tentang budaya mereka dengan tangan terbuka dan ramah.


    Lokasi kampung indah ini tidak begitu jauh, karena terletak tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dan kota Tasikmalaya. Kampung ini terletak di Jawa Barat, Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Salawu, Desa Neglasari. Untuk mencapai kampung naga ini kita harus menuruni sekitar 339 anak tangga, dengan tingkat medan jalan yang miring cukup curam, setelah itu menyusuri jalan di pinggir sungai ciwulan.

    Rumah penduduk di kampung naga ini semua terlihat sama. Dengan bentuk rumah panggung yang dibawahnya batu, dinding bilik, tiang kayu, cat putih kapur, beratap ijuk, juga rumah disini harus saling berhadapan. Hal ini diwajibkan untuk mencegah rasa kesenjangan sosial sesama masyarakat kampung naga. Mereka menggunakan bahasa sunda dalam interaksi sesama, namun kini mereka juga bisa berbahasa indonesia.

    Masyarakat kampung naga semuanya beragama islam, mereka menjalankan ibadahnya sama dengan umat islam lainnya, seperti shalat lima waktu (subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya). Ada juga pengajian untuk anak-anak yang dilakukan dua kali dalam seminggu. Selain itu anak-anak kampung naga juga telah mendapatkan pendidikan dasar walau harus naik ke atas untuk menuntut ilmu. Selain pemukiman, kampung ini juga mempunyai kolam, penangkaran, sawah, masjid, rumah pertemuan, rumah agung (yang tidak boleh ditempati oleh siapa pun), juga tempat-tempat yang dikramatkan oleh mereka.

    Mata pencaharian penduduk kampung naga ini, umumnya bercocok taman. Selain itu kini banyak jualan kerajianan di kampung naga, yang dibuat oleh masyarakat kampung naga itu sendiri.


    Selama saya dikampung ini, saya berkesempatan untuk menginap di rumah bu asih. Bu asih mempunyai dua anak, namun anak pertama telah menikah dan tidak tinggal menetap di kampung ini karena terbatasnya lahan di kampung naga ini sehingga tidak bisa membangun rumah baru untuk anaknya yang baru menikah.
    Keramahan yang diperlihatkan ketika kami sampai di rumah bu asih, beliau mempersilahkan kami untuk beristirahat. Setelah ngobrol sebentar dengan bu asih saya bersiap untuk membersihkan diri.

    Ada beberapa kamar mandi di kampung ini, namun bukan milik perorangan, yaitu milik satu kampung. Kamar mandi ini terbuat dari bambu diatas kolam ikan, dan air dari gunung. Memang ada beberapa kamar mandi yang beratapkan ijuk, namun tinggi dari dinding kamar mandi semua hanya sebatas dada saja, tidak bisa menutupi seluruh tubuh, jadi jika mandi harus dengan posisi jongkok. Mereka saling berbagi untuk kebutuhan bersama seperti kamar mandi ini. Kamar mandi ini digunakan untuk mencuci, mandi, juga berwudhu masyarakat disini.

    Setelah membersihkan diri kami langsung kembali kerumah bu asih. ternyata makanan telah siap untuk kami santap. Makanan di kampung naga ini tidaj terlalu berbeda dengan makanan sunda lainnya, yang begitu enak dan sehat. Setelah makan kami langsung menuju rumah pertemuan untuk berbincang dengan pemangku adat di kampung naga ini.


    Pagi harinya kami siap berkeliling bersama guide untuk mengenal kampung naga yang lebih jelas lagi. Kami memulainya dari depan rumah pertemuan, kampung naga ternyata juga mempunyai alat musik tradisional yang bernama terebang gembrung.


    Semua hal masih dilakukan secara tradisional disini, misalnya saat panen padi, mereka akan menumbuk padi tersebut hingga runtuh dari batangnya, lalu di tumbuk lagi hingga semua kulitnya terkelupas. Mereka akan menumbuk padi dengan alat yang masih tradisional juga berat selama 1 sampai 2 jam.

    Disamping tempat penumbukan padi ada kolan yag berisikan ikan yang begitu banyak, kata guide yang memberi informasi saat itu, ikan-ikan ini akan di ambil saat penduduk membutuhkannya, contohnya untuk makanan pesta pernikahan. Jika semua kebutuhan penduduk terpenuhi dan masih ada sisa panen ikan ini, baru bisa dijual keluar kampung naga ini. Itulah salah satu contoh yang menunjukan bahwa mereka benar-benar saling berbagi antara sesamanya. Kolam ikan ini juga bisa di buat terapi ikan loh ..karna ikan-ikan akan menggigiti kaki yang kotor saat masuk kedalam kolam tersebut.

    Disini juga ada batu yang konon katanya dulu digunakan untuk shalat leluhur mereka, tempat-tempat yang di keramatkan oleh mereka akan di pagar sehingga tidak ada orang yang merusaknya.

    Disebrang sungai ciwulan adalah sebuah hutan terlarang, jadi siapa pun tidak boleh masuk atau mengambil sekecil kayu apapun walau sudah tua. Bahkan warga kampung naga sendiri tidak berani untuk masuk atau mengambil hasil hutan tersebut. Warga kampung naga juga tidak ada yang membuang sampah kesungai karena untuk menghormati air itu sendiri dan merusak lingkungan. Mereka akan mengumpulkan sampah mereka pada sebuah tempat sampah, yang ternyata menghasilkan pupuk kompos  untuk tamanan mereka.

    Selain bercocok taman juga memelihara ikan, warga kampung naga juga memelihara kambing, namun kambing ini tidak dilepas karena akan merusak tamanan. Kambing ini akan di keluarkan jika di butuhkan atau sedang idul adha.

    Cahaya dikampung naga ini dari lampu templok atau petromak. Tidak ada listrik di kampung naga ini, karna menurut pemangku adat, jika ada listrik maka menjadi bahaya jika adanya arus pendek yang memungkinkan terjadinya kebakaran karena bahan rumah yang mudah terbakar. Selain itu jika adanya listrik maka akan ada kesenjangan sosial, karena akan ada warga yang mampu membeli barang elektronik lainnya namun warga lainnya tidak bisa membeli.

    Walau demikian, kini warga kampung naga diperbolehkan untuk mempunyai TV atau radio yang bisa dinyalakan menggunakan aki. Namun karna harga aki yang mahal, meski ada TV dan radio mereka tidak bisa menonton atau mendengar radio setiap hari.

    Sekilas tentang kampung naga yang menyimpan banyak cerita disetiap jejaknya. Sayang jika hanya bisa mendengar atau mengetahui sedikit tentang kampung cantik ini. Karena kampung naga ini kampung yang patut untuk dikunjungi, sebagai kampung yang selalu membawa cerita setiap pendatangnya











  • WAYANG adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

    http://www.cahcepu.com/v3/wayang/w2.jpg

    Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.

    Penyesuaian konsep filsafat ini juga menyangkut pada pandangan filosofis masyarakat Jawa terhadap kedudukan para dewa dalam pewayangan. Para dewa dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah, melainkan seperti juga makhluk Tuhan lainnya, kadang-kadang bertindak keliru, dan bisa jadi khilaf. Hadirnya tokoh panakawan dalam_ pewayangan sengaja diciptakan para budayawan In­donesia (tepatnya budayawan Jawa) untuk mem­perkuat konsep filsafat bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang benar-benar baik, dan yang benar-benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan.

    Dalam disertasinya berjudul Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (1897), ahli sejarah kebudayaan Belanda Dr. GA.J. Hazeau menunjukkan keyakinannya bahwa wayang merupakan pertunjukan asli Jawa. Pengertian wayang dalam disertasi Dr. Hazeau itu adalah walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah Wayang Kulit seperti yang kita kenal sekarang.


    Asal Usul Wayang Kulit
    Ada dua pendapat mengenai asal – usul wayang. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.

    Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain.

    Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India.

    Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pe­wayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indo­nesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmur­nya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga In­dia, Walmiki.

    Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi In­dia, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 – 1160).

    Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata “mawa­yang” dan `aringgit’ yang maksudnya adalah per­tunjukan wayang.


    Kelahiran Wayang Kulit
    Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehis­toric Research in the Netherland Indie (1945) dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indone­sia halaman 987.
    Kata `wayang’ diduga berasal dari kata `wewa­yangan’, yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan kemanak. Jenis gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga masih belum ada.

    Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata.
    Sejak saat itulah cerita – ­cerita Panji, yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.

    Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit.

    Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem. yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem.

    Memang, karena begitu kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah. Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah pewayangan benar-benar pernah terjadi di pulau Jawa.



  • Bagaimana Cara  Membuat Foto Sampul Fb Menyatu dengan Foto Profil cara ini cukup mudah sekali, sebagian orang cukup banyak yang mengutak atik akun facebooknya apa lagi bagi kalangan anak anak muda.  kebetulan sekali bila anda ingin Membuat Foto Sampul Facebook Menyatu dengan Foto Profil. silahkan baca sampai tuntas.

    Setelah kemerin saya ngeposting tentang cara memasang atau membuat foto sampul facebook kali ini saya akan berbagi lagi Tutorial Cara Mudah Membuat Foto Sampul Fb Menyatu dengan Foto Profil yang lebih unik lagi..

    Baiklah kita lanjutkan saja klik di sini tunggu lima detik dan klik tulisan lewati di pojok kanan atas


    Cara Mudah Membuat Foto Sampul Fb Menyatu dengan Foto Profil


    Nah kalau sudah tampil seperti diatas Sharing is Caring! :) close saja tapi terserah anda.




    Lihat gambar diatas dan klik Upload background yang saya sudah dilingkari merah dan cari foto yang mau dijadiin Foto Sampul Fb Menyatu dengan Foto Profil untuk ukuran yang pas buat foto sampul, berapa sih ?  bisa anda klik di sini

    Bila sudah di unggah, tinggal anda geser ke atas atau ke samping terserah anda. bila sudah sesuai dengan yang di inginkan jangan lupa centang atau cawang hide foreground dan tinggal unduh satu satu malai dari sampul dan profilnya klik Save Profile Photo. kasih nama profil.jpg dan untuk sampulnya klik Save Timeline Cover. kasih nama Sampul.jpg




    Nah kedua Foto tersebut yang nantinya kita pasang ke akun Facebook kita

    Saya rasa pelajaran kali ini sudah cukup, semoga Tutorial Cara Mudah Membuat Foto Sampul Fb Menyatu dengan Foto Profil bermanfaat buat anda







    Jangan Lupa Kunjungi ini :



  • Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

    “Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.”
    Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota suatu masyarakat atau suatu golongan sosial, yang penyebarannya kepada anggota-anggotanya dan pewarisannya kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses belajar dan dengan menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak (termasuk juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia). Dengan demikian, setiap anggota masyarakat mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya tersebut yang dapat tidak sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan oleh pengalaman dan proses belajar yang berbeda dan karena lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi tidak selamanya sama.

    Budaya yang Hilang

    Lagu Rasa Sayang-sayange diklaim oleh Pemerintah Malaysia
    Rasa Sayange atau Rasa Sayang-Sayange adalah lagu daerah yang berasal dari Maluku, Indonesia. Lagu ini merupakan lagu daerah yang selalu dinyanyikan secara turun-temurun sejak dahulu untuk mengungkapkan rasa sayang mereka terhadap lingkungan dan sosialisasi di antara masyarakat Maluku.
    Lagu ini digunakan oleh departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara (Malay archipelago)[1], Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu “Rasa Sayange” adalah milik Indonesia karena ia merupakan lagu rakyat yang telah membudaya di provinsi Maluku sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu adalah salah.[2].
    Bagaimanapun, bukti tersebut akhirnya ditemukan. ‘Rasa Sayange1′ diketahui direkam pertama kali di perusahaan rekaman Lokananta Solo 1962. [3] Pada tanggal 11 November 2007, Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Budaya Malaysia, Rais Yatim, mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik Indonesia [4]. Namun, ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Malaysia menyebutkan bahwa mereka mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik bersama, maksudnya warisan milik bersama bangsa Melayu, antara Indonesia dan Malaysia[5].
    Tentang bukti rekaman “Rasa Sayange”, bukti lagu tersebut direkam oleh PT Lokananta, Solo, Indonesia pada tanggal 1962 dalam piringan hitam Gramophone [6]. Rekaman master dari piringan ini masih disimpan oleh PT Lokananta. Ini dikenal sebagai rekaman pertama terhadap lagu ini. Piringan hitam tersebut didistribusikan sebagai souvenir kepada partisipan Asian Games ke 4 tahun 1962 di Jakarta, dan lagu “Rasa Sayange” adalah salah satu lagu rakyat Indonesia di piringan tersebut, bersama dengan lagu etnis lain Indonesia seperti Sorak-sorak Bergembira, O Ina ni Keke, dan Sengko Dainang.

    Desain Grafis Perak Asli Bali
    Rasa terambilnya desain garafis perak asli Bali ini muncul ketika seorang warga bali yang menjaul hasil karyanya ke konsumen luar negeri. Namun tanpa diketahui konsumentersebut malah mematenkan hasil karya tersebut sebagai desain dari luar negeri, sehingga ketika warga Bali ini hendak mengekspor hasil karyanya ternyata dia harus beurusan dengan WTO karena dianggap telah melanggar Trade Related Intellectual Property Rights (TRIPs). Sesungguhnya desain tersebut telah dimiliki dan merupakan warisan dari leluhur masyarakat Bali itu sendiri. Namun ada juga kejadian perebutan hak paten yang terjadi di dalam negeri ini sendiri yang dimana kedua belah pihak telah mematenkan hak ciptanya. Namun salah satu pihak menganggap bahwa karya lainnya merupakan plagiat dari hasil karya yang telah mereka buat.

    Tari Reog Ponorogo dengan Tari Barongan Malaysia
    Dikisahkan di dalam Asal Usul Reog Ponorogo telah terjadi pertempuran antara Raja Ponorogo dengan Singa Barong penjaga hutan Lodoyo. Pujangga Anom nama raja itu telah membangunkan dan membuat marah singa tersebut, karena mencuri 150 anak macan dari hutan Lodoyo. Anak-anak macan itu rencananya akan dia gunakan sebagai mas kawin pernikahannya dengan seorang puteri dari Raja Kadiri. Pertempuran antara Pujangga Anom dan singa penjaga hutan Lodoyo kemudian tak terelakkan. Kisah itu lalu menjadi legenda pada rakyat Ponorogo dan sekitarnya tentang keberanian dan ketabahan orang-orang Ponorogo dan diwujudkan dalam bentuk tarian Reog.
    Dalam tarian Reog para penari bukan saja menampilkan gerakan-gerakan badan yang mempesona namun juga menyertakan suasana magis. Para penari dipercaya berada dalam keadaaan kesurupan meskipun yang sesungguhnya terjadi mereka mendahului tarian Reog dengan ritual puasa dan semedi. Adegan ketika seorang penari memanggul topeng besar berupa kepala singa yang di atasnya dihiasai dengan bulu merak adalah salah satu contoh kuatnya aroma magis tersebut.
    Barongan Malaysia tidak seperti itu dan itulah yang membedakan tarian itu dengan Reog dari Ponorogo. Mungkin tema tariannya agak mirip meskipun harus dikatakan antara keduanya terdapat perberbedaan yang jauh. Namun andai pun dianggap mirip, hal itu hanya terletak pada temanya yang mengusung tema singa atau macan. Tema semacam itu juga bisa dijumpai dalam tarian Sisingaan dari Kuningan Jawa Barat dan Barongsai tarian khas Cina. Dan jika dilihat dari filosofinya, Barongan Malaysia cenderung bernuansa keagaamaan (penyebaran Islam) sementara filosofi Reog adalah keberanian dan ketabahan.

    Tempe yang diklaim oleh WN Jepang
    Tercatat ada 19 paten tentang tempe, di mana 13 buah paten adalah milik AS, yaitu: 8 paten dimiliki oleh Z-L Limited Partnership; 2 paten oleh Gyorgy mengenai minyak tempe; 2 paten oleh Pfaff mengenai alat inkubator dan cara membuat bahan makanan; dan 1 paten oleh Yueh mengenai pembuatan makanan ringan dengan campuran tempe. Sedangkan 6 buah milik Jepang adalah 4 paten mengenai pembuatan tempe; 1 paten mengenai antioksidan; dan 1 paten mengenai kosmetik menggunakan bahan tempe yang diisolasi. Paten lain untuk Jepang, disebut Tempeh, temuan Nishi dan Inoue (Riken Vitamin Co. Ltd) diberikan pada 10 Juli 1986. Tempe tersebut terbuat dari limbah susu kedelai dicampur tepung kedele, tepung terigu, tepung beras, tepung jagung, dekstrin, Na-kaseinat dan putih telur.

    Makanan Daerah yang tergantikan oleh makanan dari Luar Negeri
    Sekarang ini banyak sekali makanan daerah yang tergantikan terutama didaerah pariwisata. Sebenarnya tidak ada kerugian yang akan dialami oleh negara, namun jika dilaihat dari segi lain maka akan merugikan karena para penerus bangsa mendatang mungkin tidak akan tahu apa makanan daerah yang mereka miliki. Penyebab utamanya yaitu danya investor asing yang ingin memajukan perekonomian daerah pariwisata dengan membangun restoran cepat saji ataupun sejenis kedai junkfood. Masyarakat sekarang ini khususnya anak – anak muda, berpikir makanan daerah sudah ketinggalan jaman sehingga mereka berusaha untuk mengikuti tren yang ada. Semua itu tak lain juga akibat dari globalisasi apalagi sarana dan prasarana telah memadai bahkan terpenuhi.


    Pendapat saya tentang kebudayaan di Indonesia
    Melihat fenomena – fenomena yang terjadi tentang kebudayaan di negara kita ini, Indonesia, sudah mulai ke arah yang waspada. Contohnya saja lagu daerah milik Indonesia yang diaku – aku oleh negara tetangga, yaitu Malaysia. Mereka mengaku bahwa lagu tersebut berasal dari negara mereka sendiri. Padahal ada bukti otentik yang menjelaskan bahwa lagi tersebut pertama kali direkam di Indonesia yaitu di daerah Solo, Indonesia. Namun juga ada kabar bahwa pihak Malaysia berargumen bahwa lagu ini adalah lagu milik bersama. Tetapi tidak terdengar penyelesaian yang begitu jelas antar 2 negara. Tidak hanya di sektor lagu saja, banyak hal lain yang diperebutkan oleh negara lain.
    Dari sektor makanan, di Indonesia juga sudah mulai dimasuki oleh produk – produk luar seperti makanan siap saji ( junk food ). Memang dengan berdirinya tempat makan ini akan menambah aset negara, namun jika dilihat dari sisi generasi penerus bangsa mereka akan terbiasa dengan masakan – masakan ini dan tidak mengetahui tentang masakan tradisional sendiri. Investor – investor asing jaman sekarang sudah mulai maju dengan membuat dagangan mereka lebih menarik sehingga banyak anak – anak remaja yang mengonsumsinya. Anak – anak remaja sekarang akan merasa kuno jika disuruh memakan makanan – makanan tradisional.
    Inilah hal yang harus dipertanggungjawabkan mengenai pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia. Mengapa kita harus selalu mengikuti jalur yang seperti ini ?. Apakah budaya asing dapat memberikan solusi tentang perbaikan jati diri setiap manusia khususnya siswa yang duduk di bangku sekolah ?. Karakter manusia itu berbeda-beda karena ini semua tergantung oleh sifat dan watak perilakunya masing-masing. Pada dasarnya dalam menyikapi tentang persoalan yang demikian ini kita justru cenderung pada bagaimana upaya penanggulangannya agar supaya jati diri kita sebagai manusia yang sejati tidak rusak. Fenomena alam sudah terlihat adanya musibah dimana-mana dari sinilah kita menginstropeksi diri tentang apa kesalahan kita karena dari sini kita dapat menggali dalam dalam bahwa sebenarnya yang patut disalahkan itu pihak asing ataukah kita sendiri. Insight terhadap anak didik khususnya remaja yang cenderung melakukan tindakan anarkhis dengan jalan kekerasan lewat cara entah itu tawuran,perkelahian perkosaan sampai berujung kriminal.
    Inilah remaja yang suka seenaknya sendiri. Apakah kita harus mencontoh mereka juga?. Tidak, dalam hal ini sudah diupayakan lewat jalan observasi di sekolah-sekolah yang intinya juga sama. Dimanapun sekolah yang terfavorit ataupun yang biasa juga melakukan tindakan kekerasan. Generasi muda menjadi mlempem, atau seperti hewan undur-undur yang jalannya mundur yang artinya dia jika berhadapan dengan orang jujur tidak mau jujur sehingga mampu menutupi kebohongannya. Jaman ini semakin berubah sampai berubahnya tidak mampu untuk bisa mengontrol mengenai manusia yang tinggal dibumi ini. Sebenarnya bumi langit adalah titipan dari yang maha kuasa tanpa Tuhan menciptakan bumi langit dan isi-isinya kita tidak mungkin bisa hidup.












    Jangan Lupa Kunjungi ini :




  • Dalam sebuah hajatan haulan (peringatan hari kematian) almaghfurlah KH. Ali Ma’shum di Pondok Pesantren Krapyak Jogjakarta, almaghfurlah KH Fuad Hasyim (Pengasuh Pondok Pesantren Buntet Cirebon) menjelaskan pentingnya menyelenggarakan haulan seorang tokoh. ”Ada tiga alasan kenapa disunnahkan menyelenggarakan holan seorang tokoh masyarakat,” kata Kang Fuad –demikian KH Fuad Hasyim biasa dipanggil.

    Pertama, pentingnya arti mengingat kematian. Kita harus selalu ingat bahwa Allah SWT siap mengambil nyawa kita tanpa perlu permisi. Alasan kedua, kita butuh mengenang jasa-jasa orang saleh seperti kiai atau ulama. Kenapa kebutuhan? Jawabnya, agar kita bisa meniru, menghidupkan lagi, menyebarkan, amal-amal saleh yang telah dilakukan olehnya. Dengan kata lain, haulan adalah sebuah upaya melanjutkan sunnah hasanah (tradisi baik) yang telah dilakukan almarhum. Kalau ini bisa dilakukan dengan baik, maka pahala bukan hanya kita yang mendapatkan, tapi juga bagi almarhum.

    Alasan ketiga, kata Kang Fuad, tak kalah pentingnya adalah, mendoakan almarhum. Orang Jawa biasa menyebutnya dengan kirim dungo, mengirimkan doa. Ritual kirim dungo yang dilakukan secara berjama’ah tidak hanya berdimensi transendental (Tuhan), tapi juga sosial. Haulan merupakan forum perjumpaan dan solidaritas sosial (silaturahim). Sebab, dengan berkumpul atau berjama’ah, jaring-jaring sosial akan semakin kukuh.

    Saya masih ingat, bagaimana gaya almarhum Kang Fuad menjelaskan makna dan fungsi holan dengan panjang lebar, namun tetap ringan, mudah dipahami dan menghibur. Kang Fuad memang dikenal singa podium. Ia bukan saja alim ilmu agama dan sempurna menguasi retorika, tapi juga bersuara merdu, sehingga ia selalu menyelipkan dua atau tiga lagu berbahasa Arab atau Jawa dalam tiap cermahnya, tentu saja shalawat kepada Nabi SAW tak ketinggalan. “Hebatnya”, Kang Fuad tidak selalu menyelipkan dalil-dalil agama (nash Al-Qur’an, hadits, serta pendapat para ulama). Kenapa “hebat”? Karena ia yakin bahwa “tindakan agama” tidak musti disandarkan pada “dalil-dalil agama” (tekstual/nash, Al-Quran dan hadits). Dan memang, ritual haulan tidak ada dalil agamanya, secara khusus dan tersurat.





    Jangan Lupa Kunjungi ini :


  • Bagi masyarakat Jawa, kegiatan tahunan yang bernama nyadran atau sadranan merupakan ungkapan refleksi sosial-keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka menziarahi makam para leluhur. Ritus ini dipahami sebagai bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya para nenek moyang. Nyadran dalam tradisi Jawa biasanya dilakukan pada bulan tertentu, seperti menjelang bulan Ramadhan, yaitu Sya'ban atau Ruwah.

    Nyadran dengan ziarah kubur merupakan dua ekspresi kultural keagamaan yang memiliki kesamaan dalam ritus dan objeknya. Perbedaannya hanya terletak pada pelaksanaannya, di mana nyadran biasanya ditentukan waktunya oleh pihak yang memiliki otoritas di daerah, dan pelaksanaannya dilakukan secara kolektif.

    Tradisi nyadran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan Yang Mahakuasa atas segalanya. Nyadran merupakan sebuah pola ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai Islam, sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental islami.

    Budaya masyarakat yang sudah melekat erat menjadikan masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan itu. Dengan demikian tidak mengherankan kalau pelaksanaan nyadran masih kental dengan budaya Hindhu-Buddha dan animisme yang diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam oleh Wali Songo.

    Secara sosio-kultural, implementasi dari ritus nyadran tidak hanya sebatas membersihkan makam-makam leluhur, selamatan (kenduri), membuat kue apem, kolak, dan ketan sebagai unsur sesaji sekaligus landasan ritual doa. Nyadran juga menjadi ajang silaturahmi keluarga dan sekaligus menjadi transformasi sosial, budaya, dan keagamaan.

    Prosesi ritual nyadran biasanya dimulai dengan membuat kue apem, ketan, dan kolak. Adonan tiga jenis makanan dimasukkan ke dalam takir, yaitu tempat makanan terbuat dari daun pisang, di kanan kiri ditusuki lidi (biting). Kue-kue tersebut selain dipakai munjung/ater-ater (dibagi-bagikan) kepada sanak saudara yang lebih tua, juga menjadi ubarampe (pelengkap) kenduri. Tetangga dekat juga mendapatkan bagian dari kue-kue tadi. Hal itu dilakukan sebagai ungkapan solidaritas dan ungkapan kesalehan sosial kepada sesama.

    Selesai melakukan pembersihan makam, masyarakat kampung menggelar kenduri yang berlokasi di sepanjang jalan menuju makam atau lahan kosong yang ada di sekitar makam leluhur (keluarga). Kenduri dimulai setelah ada bunyi kentongan yang ditabuh dengan kode dara muluk (berkepanjangan). Lalu seluruh keluarga dan anak-anak kecil serta remaja hadir dalam acara kenduri itu.

    Tiap keluarga biasanya akan membawa makanan sekadarnya, beragam jenis, lalu duduk bersama dalam keadaan bersila. Kemudian, kebayan desa membuka acara, isinya bermaksud untuk mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada warga yang sudah bersedia menyediakan makanan, ambengan, dan lain-lain termasuk waktunya. Setelah itu, Mbah Kaum (ulama lokal) yang sudah dipilih menjadi rois, maju untuk memimpin doa yang isinya memohon maaf dan ampunan atau dosa para leluhur atau pribadi mereka kepada Tuhan Yang Mahakuasa.

    Doanya menggunakan tata cara agama Islam, warga dan anak-anak mengamini. Suasana ceria anak-anak tergambar dengan semangat melafalkan amin sambil berteriak. Selesai berdoa, semua yang hadir mencicipi makanan yang digelar.

    Pada saat itu ada yang tukar-menukar kue, ada yang asyik ngobrol dengan kanan-kiri, maklum beberapa warga pulang dari perantauan hadir dalam kenduri. Biasanya Mbah Kaum diberi uang wajib dan makanan secukupnya, sedangkan yang tak hadir atau si miskin diberi gandhulan, nasi, kue yang dikemas khusus kemudian diantar ke rumah yang sudah disepakati diberi gandhulan.

    Dari tata cara tersebut, jelas nyadran tidak sekadar ziarah ke makam leluhur, tetapi juga ada nilai-nilai sosial budaya, seperti budaya gotongroyong, guyub, pengorbanan, ekonomi. Bahkan, seusai nyadran ada warga yang mengajak saudara di desa ikut merantau dan bekerja di kota-kota besar.

    Di sini ada hubungan kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang di antara warga atau anggota trah. Di samping itu, semakin jelas adanya nilai transformasi budaya dan tradisi dari yang tua kepada yang muda.

    Mengenai pola keberagamaan yang ada di Jawa, C Geertz (1981) melalui penelitiannya di Mojokerto menghasilkan sebuah konsep keberagamaan masyarakat yang bersifat abangan, santri, dan priayi. Ketiganya merupakan akumulasi dari hasil akulturasi budaya lokal masyarakat, Hidhu-Buddha dengan nilai-nilai Islam. Pola interaksi antara budaya lokal dan nilai Islam menjadikan Islam warna-warni.











    Jangan Lupa Kunjungi ini :


Comments

The Visitors says